Tinta Rakyat – “Jang!” tukas Aciak Kijun.
“Ya.”
“Sempatkah Ujang mensosialisasikan diri?”
“Sebagai Balon Wali Nagari Pungguang Berpasir?”
“Sebagai apalagi kalau bukan itu?”
“Ya Ciak…”
“Kapan?”
“Setelah Jo Nek mensosialisasikan pemilihan Wali Nagari…”
“Apa yang Ujang sosialisasikan?”
“Visi dan misi Ujang tentang Nagari Punggung Berpasir enam tahun ke depan.”
“Apa visi yang Ujang sampaikan?”
“Terwujudnya Nagari Punggung Berpasir yang nyaman dan sejahtera masyarakatnya berdasarkan adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah atau dengan bahasa lainnya…”
“Apa Jang?” tukas Yuang Kubu.
“Beradat yang santun dan beragama Tuhan yang tauhid!”
Tak seorang pun yang bicara.
Beberapa jenak sunyi.
“Apa misi yang Ujang sampaikan?” tanya Aciak Kijun seketika.
“Terkait pelayanan, terwujudnya pemerintahan yang ramah, adil dan transparan. Terkait ketenteraman, terwujudnya masyarakat yang nyaman dan sejahtera berdasarkan adat yang santun dan agama berketuhanan yang tauhid!”
“Bagaimana reaksi mereka?”
“Manggut-manggut.”
“Selanjutnya apa Jang?” tukas Ajo Fuddin.
“Untuk merumuskan rencana kegiatan dan atau program kerjanya, Ujang minta perwakilan elemen masyarakat yang hadir menyampaikan aspirasi atau angan-angannya!”
“Setelah aspirasi ditampung, Ujang sampaikan rencana kegiatan atau program kerjanya?” sela Aciak Kijun.
“Ya, tetapi rumusannya belum final.”
“Kapan finalnya?” sela Ajo Fuddin.
“Nanti pada penyampaian visi, misi dan program kerja Balon Wali Nagari.”
“Apa Ujang sampaikan rencana jadi balon itu?”
“Ya!”
“Bagaimana reaksi mereka?”
“Setuju dan mendukung sepenuhnya!”
“Lalu?” sela Aciak Kijun.
“Ujang minta mereka memilih Ujang nantinya…”
“Apa jawab mereka?”
“Insya-Allah!”
Terdengar telepon seluler Aciak Kijun berbunyi.
Aciak Kijun segera melihat siapa yang memanggilnya?
Ia keraskan volume suara telepon selulernya.
“Asalamualaikum Jo Kenek…”
“Waalaikumsalam. Ambo sedang menuju warung kopi Bhila Madhi di Korong Koto Sikumbang. Suruh si Ujang menyusul ke sana!
Terima kasih sebelumnya Ciak.”
“Bagaimana Jang?” kata Aciak Kijun setelah mematikan telepon selulernya.
Bujang Salamaik melirik Yuang Kubu.
“Jo Kubu bersedia mengantarkan Ujang ke sana?” tanyanya.
Yuang Kubu sejenak diam.
“Antarkanlah Jo. Ajo kan telah mendeklarasikan diri sebagai tim sukses Ujang!” kata Aciak Kijun.
“Oh iya. Oke,” kata Yuang Kubu.
Lalu Bujang Salamaik dan Yuang Kubu bersepeda menuju warung kopi Bhila Madhi. (bersambung)
Komentar