KABA : Tele-nya Nagari Kami (5)

Karya : Rafendi Sanjaya

Tinta Rakyat – “Itu bunyi sepeda motor Ajo Kenek,” kata Aciak Kijun.

Orang-orang yang duduk di palanta Warung Kopi Aciak Kijun spontan menoleh ke halaman.

Tampak Ajo Kenek membelokkan sepeda motornya memasuki halaman Warung Kopi Aciak Kijun.

Setelah berhenti, Ajo Kenek turun dari sepeda motor resingnya dengan tas tersandang di punggung.

Bujang Salamaik mengulum senyumnya.

Ajo Kenek melangkah memasuki warung.

Orang-orang memperhatikannya dengan diam.

“Ciak, kopi gelas kecil!”

Aciak Kijun melangkah ke dapur.

Ajo Kenek dengan tas masih tersandang di punggung duduk di samping kiri Bujang Salamaik.

Aciak Kijun muncul dari dapur membawa segelas kecil Kopi, lalu meletakkannya di atas etalase di samping kopi Bujang Salamaik.

Ajo Kenek segera mengacaunya beberapa kali, kemudian mencicipinya sesendok.

“Bagaimana rasanya Jo Kenek?” tanya Aciak Kijun.

“Enak. Mantap!” jawab Ajo Kenek.

Tak seorang pun yang bicara.

Beberapa jenak sunyi.

Ajo Fuddin mendehem-dehem.

Bujang Salamaik melirik Ajo Fuddin.

Ajo Fuddin memonyongkan mulutnya ke arah Ajo Kenek.

“Jo Kenek,” kata Bujang Salamaik tertahan.

“Ya. Apa?”

“Jadi kita sosialisasi bersama?”

“Jadilah.”

“Kapan?”

“Sebentar lagi. Ajo minum kopi dahulu.”

“Baik. Ujang tunggu.”

Bujang Salamaik menunggu dengan diam.

Sungguh pun diam, pikiran Bujang Salamaik melayang kepada apa yang akan terjadi nanti.

Apakah dengan ikut bersosialisasi bersama Ajo Kenek, masyarakat banyak telah mengenalnya sebagai salah seorang Balon Wali Nagari Punggung Berpasir?

Lalu, apabila masyarakat banyak sudah mengenal dirinya, mereka akan memilihnya sebagai Wali Nagari pada Pemilihan Wali Nagari (Pilwana) Punggung Berpasir nanti?

Ajo Kenek selesai minum kopi, lalu melangkah kemudian membayarnya kepada Aciak Kijun.

Aciak Kijun mengembalikan kelebihan uangnya.

Ajo Kenek memutar badannya.

“Permisi, kami mau bersosialisasi!” kata Ajo Kenek sambil melangkah ke halaman.

Bujang Salamaik mengiringnya dari belakang.

Ajo Kenek mengengkol sepeda motor resingnya.

Pas pada engkol kelima hidup mesinnya.

Ia keraskan gasnya berulang-ulang lima kali.

Bunyinya yang bising membuat pelanggan Warung Kopi Aciak Kijun menutup telinganya.

“Naiklah,” kata Ajo Kenek.

Bujang Salamaik pun bergonceng bersosialisasi dengan Ajo Kenek. (bersambung)

Komentar