KABA : Tele-nya Nagari Kami (15)

Karya : Rafendi Sanjaya

Tinta Rakyat – “Jang!” kata Ajo Fuddin seketika.

“Ya. Apa Jo Din?”

“Ke mana Ujang selama lima malam kemarin?”

“Bersosialisasi dan memperomosikan diri ke surau- surau korong sekaligus melaksanakan shalat Isya berjemaah!”

“Bagaimana menurut Ujang surau-surau korong kita itu?”

“Mungkin akibat globalisasi dan moderenisasi, surau kita tidak lagi jadi pusat pengasahaan dan pembinaan mental dan spritual umat. Jadi…”

“Apa?”

“Perlu direvitalisasi dan direhabilitasi!”

“Direvitalisasi dan direhabilitasi?”

“Ya.”

“Mau Ujang bagaimanakan surau-surau itu?” tukas dan tanya Ajo Fuddin.

“Surau direhab dengan memanfaatkan DAUN atau DD…”

“Lalu?”

“Dua sampai tiga kali dalam seminggu diadakan pelatihan silat untuk generasi muda usia 17 tahun hingga usia 23 tahun…”

“Pelatih dan tuo silatnya sukarela?”

“Tidak, diberi honor!”

“Imam, khatib dan garin surau juga diberi honor?”

“Ya.”

“Jalan usaha tani di kiri dan kanan saluran irigasi Ujang bagaimanakan?”

“Dicor!”

“Tujuannya?”

“Lancar arus lalu lalang barang hasil tani dan ladang. Juga…”

“Apa?”

“Petani dan warga yang melewatinya!”

“O begitu?”

“Ya.”

Tak seorang pun yang bicara.

Beberapa jenak sunyi.

Ajo Karanggo melirik Aciak Kijun.

Aciak Kijun mengangkat alias matanya seolah bertanya kepada Ajo Karanggo.

Ajo Karanggo memonyongkan mulutnya ke arah Ajo Kenek.

“Jo Nek!” kata Aciak Kijun tiba-tiba.

Ajo Kenek melirik Aciak Kijun, lalu mengulum senyumnya.

“Apa Ciak?” katanya.

“Apa komentar Jo Nek?”

“Tentang apa?”

“Rencana pembangunan sesuai aspirasi warga yang kita dengar tadi?”

“Ajo tidak bisa memberi komentar. Sebagai ketua Bamus, Ajo termasuk panitia Pilwana, harus netral!”

“O begitu?”

Tak seorang pun yang bicara.

Beberapa jenak sunyi.

“Ajo-Ajo sekalian,” kata Bujang Salamaik memecah kebuntuan.

Orang-orang pada mahengong ke Bujang Salamaik.

“Pemekaran nagari telah memberi berkah kepada kita semua…”

“Apa?” tukas sekaligus tanya Yuang Kubu.

“Di samping mempermudah pelayanan masyarakat dan administrasi pemerintahan, pemerataan pembangunan, dan membuka lapangan kerja…”

“Apa-apa saja lapangan kerjanya?” tukas sekaligus tanya Ajo Panyolo yang duduk di samping kanan Ajo Jadi.

Sebagaimana Mon Tara, Ajo Panyolo juga baru kali ini ikut sebagai penanggap spontan sosialisasi Bujang Salamaik.

Bujang Salamaik tersenyum melihat hidupnya semangat Ajo Panyolo itu.

“Seperti apa Jang?” ulang tanya Ajo Panyolo.

“Wali Nagari, kepala korong, staf Kantor Wali Nagari, dan tenaga kontrak fasilitator pelaksanaan pembangunan. Jadi…”

“Apa Jang?” tukas dan tanya Ajo Fuddin.

“Ujang akan bermain sehingga yang jadi kepala korong, staf Kantor Wali Nagari, dan tenaga kontrak fasilitator pembangunan adalah tim sukses milenial Ujang. Sekian. Terima kasih atas perhatian semuanya.

Mohon maaf atas kekurangan Ujang. Assalammualaikum!” ujar Bujang Salamaik.

“Waalaikum salam!” jawab sebagian banyak orang yang duduk di palanta Warung Kopi Aciak Kijun.

Aciak Kijun bertepuk tangan.

Orang-orang pun bertepuk tangan.

Setelah Bujang Salamaik membayar minuman, mereka pun satu-persatu meninggalkan Warung Kopi Aciak Kijun. (bersambung)

Komentar