KABA : Tele-nya Nagari Kami (11)

Karya : Rafendi Sanjaya

Tinta Rakyat – TELAH lima malam Bujang Salamaik tidak singgah ke Warung Kopi Aciak Kijun. Pada malam keenamnya setelah Isya, Ajo Fuddin mempertanyakannya kepada Aciak Kijun.

“Ciak..!” kata Ajo Fuddin yang duduk menghadap jalan.

Aciak Kijun yang sedang di dapur segera melangkah ke depan.

“Siapa?” tanyanya setelah tiba di belakang etalase.

Ajo Fuddin mengangkat tangannya.

“O, Jo Din. Teh Telor atau Kopi Pahit?”

“Itu kaji manurun, menunggu saatnya tiba…”

“O begitu?”

“Ya!”

Aciak Kijun diam.

Tak seorang pun yang bicara.

Beberapa jenak sunyi.

“Ciak…” kata Ajo Fuddin memecah kebuntuan.

“Ya. Teh Telor atau Kopi Pahit?” jawab dan tanya Aciak Kijun.

“Kalau itu saatnya belum tiba…”

“Kenapa? Apa pikiran Ajo sedang gundah gulana?”

“Ya. Soalnya, sudah enam malam we e tidak muncul- muncul…”

“Siapa Jo?”

“Siapa lagi kalau bukan Balon Wali Nagari kita!”

“O, Bujang Salamaik!”

“Ya!”

“Bukan Ajo saja yang mempertanyakannya, umumnya pelanggan warung kopi Aciak! Ya, Jo Kubu?”

“Ya!” jawab Yuang Kubu.

Sayup-sayup dari kejauhan terdengar bunyi knalpot resing sepeda motor yang tidak asing lagi.

“Itu sepeda motor Ajo Kenek. Mungkin Bujang Salamaik bersamanya,” tukas Yuang Kubu.

Sejumlah pelanggan Warung Kopi Aciak Kijun yang sedang memandang TV seketika mahengong ke jalan negara.

Beberapa jenak tak seorang pun yang berbicara, hanya mendengar dan memandang ke jalan negara.

Beberapa jenak kemudian bunyi knalpot resing sepeda motor Ajo Kenek semakin jelas terdengar.

Yuang Kubu seketika berdiri lalu memandang ke timur.

Tampak sebuah sepeda motor sedang melaju menuju Warung Kopi Aciak Kijun.

“Itu Ajo Kenek tetapi sendirian,” kata Yuang Kubu.

“Ya. Mana Bujang Salamaik?” tukas Ajo Fuddin.

Sepeda motor Ajo Kenek memasuki halaman Warung Kopi Aciak Kijun.

Setelah memarkirnya di halaman, ia melangkah memasuki warung lalu duduk di samping kiri Ajo Fuddin.

“Kok sendirian Jo Nek?” tanya Ajo Fuddin.

“Maksud Jo Fuddin, berdua dengan Balon Wali Nagari milenial kita?” jawab sekaligus tanya Ajo Kenek.

“Ya.”

“Ia sudah makin pede. Makanya ia jalan sendiri!”

“Baguslah itu!” tukas Yuang Kubu.

“Kok bagus, Kubu?” tanya Ajo Fuddin.

“Sebaiknya Jo Nek yang menjelaskan,” kata Yuang Kubu sambil memilin kumisnya.

“Silahkan Jo Nek,” kata Ajo Fuddin.

“Bagusnya ada dua versi…”

“Apa yang pertamanya?” sela Ajo Karanggo

“Masyarakat pemilih menilai we e super serius berikhtiar maju sebagai calon Wali Nagari!”

“Yang keduanya?”

“Popularitas we e meningkat karena langsung bersosialisasi dengan masyarakat pemilih…”

“Siapa yang bersepeda itu?” tukas Ajo Karanggo yang duduk di palanta sebelah barat menghadap ke kanan jalan negara.

Sebagian banyak orang-orang yang ada di Warung Kopi Aciak Kijun pada mahengong ke jalan yang dimaksud Ajo Karanggo itu. (bersambung)

Komentar