MEMILIH TEMAN DENGAN BIJAK

Oleh : Wandra Ilyas

Tinta Rakyat – Waktu itu saya sedang berada di Padang. Saya pergi potong rambut ke “barbershop” yang berada di pinggir jalan depan swalayan.

“Sudah lama Bapak tidak ke sini”, ucap karyawan barbershop memulai pembicaraan.

Jujur, saya senang mendengar ucapannya itu. Ternyata dia masih ingat dan begitu mengenali saya.

“Ya, saya sudah jarang berada di sini”, ucap saya.

“Bukankah rumah Bapak di sini?”.

“Benar… rumah saya di sini. Cuma, akhir-akhir ini saya lebih banyak di Jakarta di tempat anak”.

“Oh, begitu…”, jawabnya sambil tersenyum.

Ada beberapa saat kami sama-sama terdiam. Tak lama kemudian saya mengajukan pertanyaan kepadanya.

“Maaf…kalau tidak salah Ananda pernah mengatakan bahwa, dalam waktu satu atau dua tahun ini berencana akan menikah. Bagaimana perkembangannya?”, tanya saya.

“Tampaknya belum, Pak”.

“Belum, kenapa?”.

Sampai di situ dia agak terdiam.

“Saya…ingin Abang saya lebih dulu Pak, saya menyusul”.

“Memangnya berapa umur Abangnya sekarang?”, tanya saya lagi.

“Abang saya sudah 30 tahun dan saya 26 tahun”.

“Tapi, Abangnya sudah punya calon bukan?”, ucap saya.

Kembali dia terdiam beberapa saat.

“Abang saya punya masalah, Pak”, ucapnya sedih.

“Punya masalah?”, tanya saya sedikit kaget.

“Ya, Pak. Abang saya sudah tiga kali masuk penjara karena terlibat narkoba. Ada 10 tahun hukuman untuk ketiga kali itu. Semuanya terjadi karena pengaruh lingkungan. Ada saatnya saya merasa seakan tidak punya Abang. Karena begitu lamanya kami tidak pernah bersama”, ucapnya lirih.

“Saya sangat sayang kepada Abang saya itu”, lanjutnya.

“Tiap bulan saya kirim uang untuk dia. Dulu, waktu sekolah dia pintar, selalu juara kelas. Satu tahun lagi masa tahanannya berakhir. Bila dia telah keluar nanti, saya akan belikan dia sepeda motor “separoh pakai”. Saya akan ajarkan dia memotong rambut. Kami akan miliki “barbershop” sendiri. Mudah-mudahan tidak ada lagi kali ke empat untuk Abang saya terlibat narkoba”, ucapnya dengan suara kecewa dan sedih.

“Ya, mudah-mudahan begitu hendaknya”, ucap saya.

Pertanyaan apakah abangnya sebagai pemakai atau pengedar urung saya ajukan, karena saya lihat wajahnya amat sedih, tertekan dan kecewa.Tambahan lagi ada air mata menggenang di pelupuk matanya.

****

Nauzubillahi min dzalik! Saya yang menulis tulisan ini atau kita selaku orang tua, langsung teringat akan anak dan cucu-cucu kita. Agar mereka terhindar dari pengaruh negatif lingkungan sekitar, yang dapat berdampak buruk pada perkembangan mereka ke depan.

Berikut ini, ada 8 cara untuk menghindari anak dari pengaruh negatif lingkungan sekitar, yang dirangkum dari beberapa sumber bacaan.

Satu, selalu membagun komunikasi yang terbuka dengan anak.

Dua, berikan pendidikan tentang bahaya lingkungan serta bagaimana cara menghadapinya.

Tiga, membangun rasa percaya diri pada anak dengan mendorong mereka untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka.

Empat, menetapkan batasan yang jelas. Pantau penggunaan media sosial dan internet serta lainnya.

Lima, berikan contoh yang baik, ajarkan ilmu agama dan prakteknya. Karena anak cenderung meniru apa yang mereka lihat.

Enam, ajarkan anak untuk memilih teman dengan bijak.

Tujuh, mengenalkan anak dengan kegiatan positif seperti olahraga, seni dan kegiatan sosial lainnya.

Delapan, ajarkan anak untuk menghadapi tekanan dengan tenang. Biasakan mereka untuk melakukan latihan pernapasan atau berolahraga. (AS)

Komentar