Derita Bocah Miningitis Luput Dari Bantuan Pemerintah, Menguji Rasa Kemanusiaan Para Dermawan di Lamsel

0 48

Lampung Selatan tintarakyat.com

Sungguh malang.!! Bocah bernama Pandi (6Tahun) Penderita Miningitis Asal Desa Sukaraja Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan seolah luput dari Perhatian Instansi terkait.

Dengan kondisi tubuh kurus kering kerontang, bocah yang seharusnya duduk dibangku seolah dasar ini hanya bisa terbaring lemas di atas kasur melawan rasa sakit yang dideritanya sejak bulan September 2022 lalu hingga saat ini yang terkesan luput dari perhatian Pemerintah atau instansi terkait.

Di ketahui, Meningitis adalah peradangan pada meningen, yaitu lapisan pelindung otak dan saraf tulang belakang. Meningitis kadang sulit dikenali, karena penyakit ini memiliki gejala awal yang serupa dengan flu, seperti demam dan sakit kepala. (Sumber: aladokter.com)

Anak pasangan Nurji dan Fitri ini kondisinya sangat memprihatinkan, sebab akibat penyakit tersebut, dirinya makan tidak melalui mulut pada umumnya, melainkan menggunakan alat bantu selang yang dipasang melalui hidung hingga kedalam tubuhnya.

Saat tim media menyambangi kediaman Fitri, pada Jum’at (3/3/2023) ia mengungkapkan dan mencurahkan penderita anaknya.

“Awalnya terlihat biasa, namun sejak bulan September 2022 lalu, saya melihat ada kejanggalan pada fisik anak saya, sebah jika makan selalu banyak, namun fisik tidak berkembang, kemudian setelah dicek, dokter mendiagnosa anak saya mengalami penyakit miningitis,” ungkap Fitri dengan wajah memelas.

Dia mengatakan, anak kedua nya sempat dilakukan perawatan selama 40 hari disalah satu rumah sakit di Bandar Lampung untuk berobat.

“Sejak November 2022 pihaknya bersama suami telah bulak balik kerumah sakit untuk mengobati sibuah hatinya, bahkan anaknya pernah dirawat selama 40 hari di Abdul Muloek Bandar Lampung,” ucap Fitri seraya memberikan makan pada sang buah hati nya yang malang itu.

Dia menambahkan, sejak berobat pihaknya setiap bulan wajib mengeluarkan biaya sekitar 900 ribu untuk pembelian obatnya, sebab untuk membeli yang 1 bulan dana tidak mencukupi.

“Biasanya kami beli obat untuk 1 bulan, namun beberapa bulan ini kami hanya mampu beli obat untuk 2 minggu sekali, karena obat yang dibeli tidak ada didalam BPJS, harganya obatnya selalu naik,” imbuhnya.

Dikatakannya, bahwa pernah pihak
puskesma Rajabasa mendatangi Kediamannya, mamun tidak bertemu karena pihaknya sedang dirumah sakit menjaga anaknya yang sedang dirawat.

“Kalau awal pernah dari Puskes datang kerumah, tapi tidak ketemu karena kami sedang berobat ke Bandarlampung mereka hanya menitipkan bantuan (dana), setelah itu tidak pernah ada lagi, Pihak Aparatur Desapun demikian, dan semenjak 3 bulan ini setalah anak saya pakai selang untuk makan, tidak ada perhatian,” terangnya mencetuskan tidak pernah mendapatkan bantuan PKH dan Bantuan lain dari Pemerintah.

Ia dan Suaminya sebagai orang tua sangat berharap adanya solusi yang terbaik dan perhatian serta pengobatan untuk kesembuhan anak keduanya yang malang tersebut.

“Harapan kami kepada Pemerintah agar dapat memberikan perhatian dan solusi untuk kesembuhan anak saya, mengingat kodisi anak dan penghasilan kami yang hanya mengandalkan dari upahan menserkel kayu, yang diperkirakan 1 bulan hanya mendapatkan 1 juta lebih,” ucapnya penuh harap.

Sampai berita ini di rilis belum ada keterangan resmi dari pihak terkait. (Aan/adi)

Slider Ads

20220426_150049
IMG-20231026-WA0031
IMG-20231026-WA0032
20220426_150049 IMG-20231026-WA0031 IMG-20231026-WA0032

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More