Ahmad Syarifudin, Tinta Rakyat Banten
06 Agustus 2021, 11:15 WIB
SERBA SERBI SEJARAH KECAMATAN MAUK
Mauk, Tintarakyat.com,- Nama Mauk diambil dari nama seorang pejuang pada masa penjajahan kolonial Belanda, yakni Ki Mauk. Untuk mengenang jasa-jasanya kemudian masyarakat mengabadikan namanya menjadi nama tempat, yang kini disebut Kecamatan Mauk.
Kecamatan Mauk memiliki potensi objek wisata, yaitu pantai Tanjung Kait. Selain itu, di wilayah Mauk banyak terdapat bangunan bersejarah peninggalan kolonial Belanda dan China, seperti jembatan, gedung-gedung tua dan vihara di kawasan Pantai Tanjung Kait.
Masyarakat Mauk adalah masyarakat yang heterogen, terdiri dari etnis Jawa (Jawa Banten), Sunda, Betawi dan Thionghoa. Etnis Jawa berasal dari masyarakat Cirebon yang bermigrasi ke Banten sejak berdirinya kesultanan Banten. Sedangkan entis Sunda, jika dilihat dari sejarah bisa dipastikan adalah penduduk asli Mauk, kerena Mauk masih wilayah kekuasaan Kerajaan Padjadjaran.
Adapun etnis Betawi dan Thionghoa berasal dari Batavia (Jakarta).
Pada umumnya masyarakat Mauk bermata pencaharian sebagai petani, nelayan dan pekerja industri, yang banyak berada di kawasan Kabupaten Tangerang. Mauk memiliki Sekolah Dasar yang tertua yaitu SDN Mauk I berdiri pada tahun 1928, SMAN 1 Mauk yang didirikan pada tahun 1982, dan SMA Paradigma (dulu nama SMA PGRI) yang berdiri pada tahun 1986.
Dan, Memiliki Monumen sejarah pahlawan Nasional yaitu Tugu Otista, persis di perempatan jalan, depan Kantor Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang dibangun untuk mengenang jasa pahlawan nasional Otto Iskandardinata. Pada 1966, tugu yang berdiri tegak dengan tinggi sekitar tiga meter ini diresmikan H. Muchdi, Bupati Daerah Tingkat (DT) II Tangerang, Provinsi Jawa Barat (sekarang, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten).
Komentar